Perayaan hari
Valentine (14 Februari) biasanya dirayakan dengan orang-orang yang kita sayang
dan kita cinta, dengan memberi coklat, bunga, ataupun barang barang lainnya dalam
rangka mengungkapkan rasa cinta mereka. Namun tahukah anda bahwa dibalik hari
valentine ini memiliki kisah yang sangat tragis?
Ada beberapa versi cerita yang beredar tentang Valentine. Dan dari semua cerita tersebut tidak ada yang menceritakan kisah bahagia atau akhir cerita indah di dalamnya.
Dari asal usul namanya, Gereja Katolik mengakui ada 3 santo atau orang suci bernama Valentine atau Valentinus. "Dan ketiganya adalah martir,". Ketiga pria dari masa 200-an Masehi tersebut tewas secara mengenaskan.
Salah satu versi cerita mengatakan, perayaan Hari Valentine merupakan kelanjutan dari perayaan tahunan Lupercalia yang diadakan setiap 15 Februari. Profesor dari University of Colorado, Noel Lenski, mengatakan perayaan ini diadakan saat zaman Romawi Kuno. Dalam perayaan ini para lelaki telanjang dan mencambuki perempuan dengan menggunakan cambuk yang terbuat dari kulit kambing atau kulit anjing. Hal ini dilakukan dengan harapan bisa meningkatkan kesuburan para perempuan.
Namun, ada juga versi cerita yang mengatakan perayaan Lupercalia dilakukan untuk melindungi masyarakat Romawi Kuno dari serangan serigala. Pada perayaan ini para lelaki mencambuki orang-orang dengan cambuk yang berasal dari kulit hewan. Dan bagi perempuan cara ini dianggap bisa meningkatkan kesuburan mereka. Festival Lupercalia itu pun berlangsung selama 150 tahun.
Sementara itu, cerita lain tentang Hari Valentine datang dari abad ketiga pada masa Kaisar Romawi Claudius II. Saat itu, Claudius II melarang para pemuda untuk menikah. Sebab, menurutnya, menikah dapat membuat mereka tidak produktif lagi dan tidak bisa membuat mereka jadi prajurit yang baik.
Namun, seorang pendeta bernama Valentine kala itu, melanggar peraturan Claudius II. Diam-diam ia menikahkan beberapa pasangan muda. Namun, kisahnya berakhir tragis. Akhirnya ia ditangkap dan dipenjarakan. Bahkan kisah itu mengatakan dia dihukum penggal pada tanggal 14 Februari pada masa tersebut.
Lepas dari legenda, keterkaitan Santo Valentine dan cinta baru muncul lama kemudian. Dalam puisi Geoffrey Chaucer, penyair Inggris dan penulis buku terkenal, 'The Canterbury Tales'. Demikian menurut Andy Kelly, seorang ahli bahasa Inggris dari University of California, Los Angeles, yang menulis buku 'Chaucer dan Cult of St Valentine'.
Chaucer, menulis sebuah puisi berjudul Parliament of Fowls (1382), untuk merayakan pertunangan Raja Richard II.
Dalam puisi itu, Hari Valentine dirayakan pada 3 Mei, bukan 14 Februari . "Itu adalah hari di mana semua burung memilih pasangannya dalam setahun," kata Kelly. "Tak lama setelahnya, dalam satu generasi, orang-orang mengambil ide untuk merayakan Valentine sebagai hari kasih sayang."
Valentine yang menjadi referensi Chaucer mungkin adalah Santo Valentine dari Genoa yang meninggal pada 3 Mei. Tetapi orang-orang pada saat itu tidak begitu akrab dengan sosok itu.
Mereka lebih akrab dengan kisah Valentine dari Roma dan Terni yang dieksekusi pada 14 Februari -- yang lantas dikaitkan dengan cinta.
Legenda lain mengatakan bahwa ketika Valentine dipenjarakan oleh Claudius II, ia jatuh cinta dengan putri sipir penjara itu. Sebelum dieksekusi, ia diduga mengirimkan surat yang bertuliskan ‘from your Valentine’.
Cerita lainnya mengisahkan, ada seorang laki-laki Kristiani bernama Valentine yang menolak untuk menyembah dewa-dewa Romawi dan akhirnya ia dipenjarakan. Teman-temannya sering mengirimkan pesan kepadanya melalui jendela penjaranya.
Atas pembangkangannya itu, banyak cerita mengatakan bahwa Valentine dieksekusi pada tanggal 14 Februari yang saat ini dijadikan sebagai Valentine's Day.